Jumat, 24 Oktober 2014

Evaluasi mengenai dampak lingkungan limbah B3



Evaluasi mengenai dampak lingkungan limbah B3

Sebelumnya sudah membahas tentang apa itu limbah, limbah berdasarkan karakteristiknya, limbah berdasarkan asalnya, limbah berdasarkan sumbernya dan juga membahas tentang evaluasi mengenai dampak lingkungan limbah padat, limbah cair dan limbah gas, selanjutnya akan membahas tentang evaluasi mengenai lingkungan limbah B3  dan ada beberapa hal yang harus diketahui tentang evaluasi dampak lingkungan limbah B3 yaitu :

v  Definisi limbah B3
v  Contoh limbah B3
v  Sumber limbah B3
v  Karakteristik limbah B3
v  Bahan-bahan yang mengandung limbah B3
v  Sistem pembuangan limbah B3

Dan saatnya melakukan pembahasan dari beberapa hal yang harus diketahui tentang evaluasi dampak lingkungan limbah B3.
v  Definisi Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat konsentrasi atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkanatau merusak lingkungan hidup, dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu total solids residu (TSR), kandungan fixed residu (FR), kandungan volatile solids residue (VSR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, dan karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, dan sifat kimia serta kandungan senyawa kimia).
v  Contoh Limbah B3
Contoh limbah B3 adalah logam berat, spt Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pd, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia, seperti pestisida, sianida, sulfide dan fenol. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industry kimia tertentu. Hg dihasilkan dari industry klor-alkali, industry cat, kegiatan pertambangan, industry kertas, dan pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber, uji karakteristik, dan uji toksikologi.


v  Sumber limbah B3
Limbah b3 dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dari rumah tangga, pasar, apotik, pabrik, rumah sakit, dan laboratorium. Menurut PP 85/1999, jenis limbah b3 dapat dibedakan berdasarkan sumbernya. Dalam lampiran PP 85/1999, dijelakan jenis limbah b3 menurut sumbernya sebagai berikut
·         Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah b3 ini pada umumnya bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarutan kerak, atau pengemasan. Contohnya adalah asap kendaraan bermotor dan asap dari cerobong pabrik.

·         Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah ini berasal dari sisa proses suatau industry atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Contohnya mercuri, arsen, dan deterjen.
·         Limbah b3 dari bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
Limbah ini berasal dari produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali. Limbah ini memerlukan pengolahan, hal yang sama juga berlaku
v  Karakteristik Limbah B3
Sebelum membahas karakteristik limbah B3, kita perlu mengetahui mengapa limbah tersebut sangat berbahaya. Diantara alasannya adalah
·         Dapat menyebabkan pengaruh buruk terhadap terjadinya atau meningkatnya kematian dan sakit yang serius
·         Berpotensi menimbulkan bahaya bterhadap kesehatan manusia dan lingkungan apabila disimpan, diangkut, dimanfaatkan, diolah, ditimbun dan dibung dengan tidak benar atau tidak dikelola
Adapun karakteristik limbah B3 ada enam, yaitu mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, bersifat beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif
·         Mudah meledak
Limbah yang mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi dengan cepat dapat merusak lingkungan.


·         Mudah terbakar
Limbah yang mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut
Ø  Limbah yang berupa cairan
Limbah yang berupa cairan akan mudah terbakar apabila
-        Mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan mempunyai titik nyala kurang dari 60oC
-        Terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760mmHg.

Ø  Limbah berupa padatan

Limbah pada termperatur dan terkanan standar (25oC, 760mmHg) mudah menyebabkan kebakaran, seperti  melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan. Limbah padat apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam waktu lama. Apabila nilai titik nyala limbah < 40oC, berarti karakteristik mudah terbakar.
Ø  Limbah yang bertekanan mudah terbakar
Ø  Limbah pengoksidasi
Apabila waktu pembakaran limbah sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar, berarti karakteristik mudah terbakar.
·         Bersifat reaktif
Limbah rektif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah ini mempunyai sifat-sifat berikut:
-        Pada keadaan normal, tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan
-        Dapat bereaksi hebat dengan air
-        Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilakn gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan
-        Merupakan limbah sianida, sulfide, atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
-        Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760mmHg)
-        Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi

·         Bersifat beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemaran dan bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan, kulit, maupun mulut
·         Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi
·         Bersifat korosif
Limbah korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat berikut:

-        Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
-        Menyebabkan proses pengaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian 55oC
-        Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa
v  Bahan bahan yang mengandung B3 dalam rumah tangga
Pada mulanya, banyak orang yang menyambut gembira dengan penemuan bahan-bahan dan senyawa kimia. Dengan berjalannya waktu, ternyata ditemukan pula dampak negatifnya. Untuk itu, limbah B3 dan B3 perlu dikelola dengan baik dan benar, baik pada saat masih digunakan maupun setelah tidak digunakan lagi.
Rumah adalam tempat tinggal dan berfungsi sebagai tempat pembinaan anggota. Segala hal yang berkaitan dengan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah tanggga diharapkan dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian, dampak dari limbah B3 di dalam  rumah tangga dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Sumber sampah di dalam rumah tangga
Kamar tidur: kaleng hairspray, kaleng obat nyamuk, lampu TL, tisu, kapas, botol/wadah kosmetik, abu, dan debu
Kamar mandi/cuci: pembungkus sabun, wadah sabun cair, pembungkus shampoo, wadah pasta gigi, wadah deterjen, dan wadah pemutih pakaian
Ruang keluarga: bekas beterai, spidol/tinta bekas, kaleng obat nyamuk, lampu TL, abu, debu, sisa dan pembungkus makanan, kertas, serta obat kadaluarsa
Ruang tamu: lampu TL, abu, debu, sisa dan pembungkus makanan serta kertas
Dapur: sisa dan pembungkus makanan, lampu TL, botol/wadah sabun cuci, wadah minyak tanah dan debu
Garasi: oli bekas, kaleng/wadah pembersih mobil, debu, aki bekas
Ruang makan: sisa dan pembungkus makanan dan debu
Taman/kebun: daun-daun, kertas, plastic, dan pembungkus makanan
v  Sistem pembuangan limbah B3

System pembuangan limbah B3 melalui beberapa tahap. Hal ini disebabkan limbah B3 sangat berbahaya jika terkontaminasi dengan manusia atau makhluk hidup yang lain. Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencangkup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan limbah B3, dan menimbun hasil pengolahan.
Penyimpanan adalah enyimpanan sementara limbah B3 di dalam lokasi kegiatannya sebelum diserahkan kepada pengumpul atau pengolahan limbah B3. Penyimpanan ini dilakukan oleh penghasil limbah B3, baik perorangan maupun badan usaha.
Syarat tempat penyimpanan limbah B3 adalah
-        Dibuat dengan kapasitas yang sesui dengan jumlah B3 yang akan disimpan
-        Tempat penyimpanan bebas banjir
-        Secara geologi, dinyatakan stabil
-        Perancangan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah
-        Perencanaan upaya pengendalian pencemaran lingkungan

Pengumpulan adalah proses mengumpulan limbah B3. Proses ini dapat dilakukan oleh perorangan atau badan usaha dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan untuk kemudian diserahkan kepada pengolah limbah B3.
Syarat-syarat sebagai pengumpul limbah B3 adalah
-        Memperhatikan karakteristik limbah B3
-        Mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3
-        Mempunyai lahan minimum satu hektar
-        Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan
-        Konstruksi dan bahan bangunan disesuaikan dengan karateristik limbah B3
-        Jauh dari sumber air
-        Bukan merupakan daaerah tangkapan air
-        Jauh dari fasilitas pemukiman penduduk atau fasilitas umum
Pengangkutan adalah proses untuk memindahkan limbah B3 dari penghasil ke pengumpul atau ke pengolahan termasuk ke tempat penimbun akhir dengan menggunakan alat angkut yang dilakukan oleh suatu badan usaha
Pengolahan adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan tidak beracun. Jika memungkinkan, mengolah agar limbah B3 dimurnikan atau di daur ulang
Persyaratan pengolahan limbah B3 meliputi;
-        Lokasi pengolahan limbah
-        Fasilitas pengolahan limbah
-        Penanganan limbah B3 sebelum diolah
-        Pengolahan limbah B3
-        Hasil pengolahan limbah B3

Sebelum melakukan pengolahan terhadap limbah B3, dilakukan uji analisa kandungan/parameter fisika atau kimia dan biologi guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahannya. Setelah hasilnya diketahui, tahap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dab baku mutu pem,buangan atau lingkungan yang ditetapkan
Ada banyak metode pengolahan limbah B3 di industry. Tiga diantaranya yang paling popular adalah chemical conditioning, solidification/stabilization,  dan incineration.
-        Chemical Conditioning
Tahapan yang harus dilalui adalah mengurangi volume limbah dengan cara meningkatkan kandungan padatan, menstabilkan senyawa organic dan menghancurkan pathogen, serta menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Setelah itu, limbah dibuang ke tempat pembuangan akhir, yaitu sanitary landfill, crop land, atau injection.
-        Solidification/Stabilization
Stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses penghancuran limbah dengan bahan tambahan (zat aditif). Tujuannya adalah untuk menurunkan kadar zat pencemar dari limbah dan mengurangi toksinasi limbah tersebut. Adapun solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan zat aditif. Kedua proses tersebut sering kali terkait sehingga dianggap mempunyai arti yang sama
-        Incineration
Teknologi insenerasi (pembakaran) adalah alternatifyang menarik dalam pengolahan limbah B3. Insenerasi mengurangi volume san massa limbah  hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari system pengolahan limbah padat. Pada dasarnya, proses ini hanya memindahkan limbah dari bentuk gas yang tidak kasat mata. Prosses ini menghasilkan energy dalam bentuk panas. Kelebihan alat insenerasi adalahg dapat menghancurkan sebagian besar komponen limbah B3, limbah berkurang dengan cepat, dan menggunakan lahan yanf relating kecil.
Aspek terpenting dalam system isenerasi adalah nilai kandungan energy (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya prose pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energy yang diperoleh dari system ini. Banyak jenis insenerator (alat insenerasi), diantaranya rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit
Dari jenis insenerastor tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan daripada yang lainnya. Alat ini dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.


Sabtu, 18 Oktober 2014

Evaluasi mengenai dampak lingkungan limbah gas



Evaluasi mengenai dampak lingkungan limbah gas

Sebelumnya sudah membahas tentang apa itu limbah, limbah berdasarkan karakteristiknya, limbah berdasarkan asalnya, limbah berdasarkan sumbernya dan juga membahas tentang evaluasi mengenai dampak lingkungan limbah padat dan limbah cair, selanjutnya akan membahas tentang evaluasi mengenai lingkungan limbah udara  dan ada beberapa hal yang harus diketahui tentang evaluasi dampak lingkungan limbah gas yaitu :

v  Definisi limbah gas/udara
v  Proses pencemaran udara/gas
v  Unsur-unsur pencemaran udara/gas
v  Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara/gas
v  Penanganan limbah udara/gas
v  Pengolahan limbah udara/gas

Dan saatnya melakukan pembahasan dari beberapa hal yang harus diketahui tentang evaluasi dampak lingkungan limbah gas.

v  Definisi limbah gas

Udara adalah  media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Selain itu sebaran polutan ke atmosfir dapat pula diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan.

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap,kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan,manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap pembakaran,uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.

Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas di udara bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan masam.

v  Proses pencemaran udara/gas

Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang "bersih" disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutant).
Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:

Ø  Karbon monoksida (CO),
Ø  Nitrogen oksida (Nox),
Ø  Hidrokarbon (HC),
Ø  Sulfur oksida (SOx)
Ø  Partikulat.

Selain pencemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global yaitu:
Ø  CO2 (karbon monoksida),
Ø  Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
Ø  Hujan asam,
Ø  CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
Ø  CH4 (metana).

v  Unsur-unsur penecemaran udara/gas

Ø  Karbon monoksida (CO)

Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran hutan, oksidasi dari terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO oleh vegetasi dan kehidupan di laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber antropogenik yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan sumbangan 78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3% berasal dari pembakaran bensin pada otomotif.

Ø  Nitrogen oksida (NOx)

Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik yaitu: NO dan NO2. Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total ± 10,6%.

Ø  Sulfur oksida (SOX)

Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4 garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan ± 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total.

Ø  Hidrokarbon (HC)

Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan ± 9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon dari sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent 1,9%.

Ø  Partikulat

Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm.
Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 - 10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ± 13% - 59% dan insinerasi.

Ø  Karbondioksida (CO2)

Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami. Sumber cemaran antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan kebakaran hutan 2,8%

Ø  Metana (CH4)

Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2, CFC, dan N2O menyebabkan efek rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber cemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan sebagian disebarkan serta dipantulkan dalam bentuk radiasi panjang gelombang pendek (30%) dan sebagian dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas CH4, CFC, N2O, CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi inframerah yang tertahan akan meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan pemanasan global.

Ø  Asap kabut fotokimia

Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon dan NOX membentuk senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN) (RCNO5).

Ø  Hujan asam

Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka akan diubah menjadi HNO3 dan H2SO4. Adanya hidrokarbon, NO2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan Cu (II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4. HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI menyebabkan derajad keasaman (pH) hujan menjadi rendah <>

v  Penyakit yang Disebabkan Oleh Pencemaran Udara / Gas

Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh pencemaran udara adalah:

Ø  Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan bahwa prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
Ø  Emphysema pulmonum.
Ø  Bronchopneumonia.
Ø  Asthma bronchiale.
Ø  Cor pulmonale kronikum. Di daerah industri di Republik Ceko umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara di mana penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.
Ø  Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada nonsmokers di daerah perkotaan 10 kali lebih besar daripada daerah pedesaan.
Ø  Penyakit jantung, juga ditemukan 2 kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan pencemaran udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar COI-Ib sama atau lebih besar dari 50%, akin dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung. Scharf dkk (1974) melaporkan suatu kasus dengan infark myocard transmural setelah terkena CO.
Ø  Kanker lambung, ditemukan 2 kali Iebih banyak pada daerah dengan pencemaran tinggi.
Ø  Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga dihubungkan dengan pencemaran udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat pencemaran tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal.

Di Jepang sekarang secara resmi telah diakui oleh pemerintah pusat maupun daerah, sejumlah 7 macam penyakit yang berhubungan dengan pencemaran (pollution related diseases). yaitu:

Ø  Bronchitis kronika
Ø  Asthma bronchiale
Ø  Asthrnatik bronchitis
Ø  Emphysema pulmonum dan komplikasinya
Ø  Minamata disease (karena pencemaran air dengan methyl-Hg)
Ø  Itai-itai disease (karena keracunan cadmium khronik)
Ø  Chronic arsenik poisoning (pencemaran air dan udara di tambang tambang AS).

Orang-orang dengan keterangan sah menderita penyakit ini, yang dianggap disebabkan oleh salah satu macam bahaya pencemaran, akan mendapat kompensasi akibat kerugian dan biaya perawatan dari penyakitnya oleh polluters.

v  Penanganan Limbah Gas

Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.

Ø  Mengontrol Emisi Gas Buang

·            Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
·            Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
·            Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
·            Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

Ø  Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

·            Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh  (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

·            Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif   “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

·            Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.

·            Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan
tergantung pada dimensi alatnya. 

·            Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.



Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya yang tersimpan dalam pabrik.

Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah:
·            Debu : Berupa padatan halus
·            Karbon monoksida : Gas tidak berwarna dan tidak berbau
·            Karbon dioksida : Gas, tidak berwarna, tidak berbau
·            Oksida nitrogen : Gas, berwarna dan berbau
·            Asap : Campuran gas dan partikel berwarna hitam: CO2 dan SO2
·            Belerang dioksida : Tidak berwarna dan herbau tajam
·            Soda api : Kristal
·            Asam chlorida : Berupa larutan dan uap
·            Asam sulfat : Cairan kental
·            Amoniak : Gas tidak berwarna, berbau
·            Timah hitam : Gas tidak berwarna
·            Nitro karbon : Gas tidak berwarna
·            Hidrogen fluorida : Gas tidak berwarna
·            Nitrogen sulfida : Gas, berbau
·            Chlor : Gas, larutan dan berbau
·            Merkuri : Tidak berwarna, larutan



v  Pengolahan Limbah Gas
Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan pembersihan partikel.
Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut:
Ø  Jenis bahan pencemar (polutan)
Ø  Komposisi
Ø  Konsentrasi
Ø  Kecepatan air polutan
Ø  Daya racun polutan
Ø  Berat jenis
Ø  Reaktivitas
Ø  Kondisi lingkungan
Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh tingkat efisiensi yang maksimum. Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran. Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah, sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan untuk mendesain peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini merupakan masalah tersendiri pula.
Di samping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis peralatan. Tidakkah peralatan mencakup sebagian besar investasi yang tentu harus dibebankan pada harga pokok produksi. Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya pengendalian menjadi beban konsumen.
Atas dasar pemikiran ini maka pilihan teknologi .pengolahan harus merupakan kebijaksanaan perlindungan konsumen baik dari sudut pencemaran itu sendiri maupun dari segi biaya.
Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya yang tersimpan dalam pabrik.
Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah:
Ø  Debu : Berupa padatan halus
Ø  Karbon monoksida : Gas tidak berwarna dan tidak berbau
Ø  Karbon dioksida : Gas, tidak berwarna, tidak berbau
Ø  Oksida nitrogen : Gas, berwarna dan berbau
Ø  Asap : Campuran gas dan partikel berwarna hitam: CO2 dan SO2
Ø  Belerang dioksida : Tidak berwarna dan herbau tajam
Ø  Soda api : Kristal
Ø  Asam chlorida : Berupa larutan dan uap
Ø  Asam sulfat : Cairan kental
Ø  Amoniak : Gas tidak berwarna, berbau
Ø  Timah hitam : Gas tidak berwarna
Ø  Nitro karbon : Gas tidak berwarna
Ø  Hidrogen fluorida : Gas tidak berwarna
Ø  Nitrogen sulfida : Gas, berbau
Ø  Chlor : Gas, larutan dan berbau
Ø  Merkuri : Tidak berwarna, larutan